Ketua Fraksi PAN: Faskes Harus Dapat Diakses Secara Merata, Tidak Dibeda-bedakan

 Ketua Fraksi PAN: Faskes Harus Dapat Diakses Secara Merata, Tidak Dibeda-bedakan

Saleh Partaonan Daulay Ketua Fraksi PAN DPR RI

Fraksipan.com – Ketua Fraksi Partai Amanat Nasional (PAN) DPR RI, Saleh Partaonan Daulay, meluruskan pernyataannya yang menyatakan tidak ingin mendengar lagi anggota dewan tidak mendapat perawatan Intensive Care Unit (ICU) ketika terpapar covid-19.

Menurutnya pernyataan tersebut tidak dikutip secara utuh oleh media. Saleh menuturkan bahwa dirinya tidak memiliki niat untuk membeda-bedakan masyarakat. Katanya, dia justru selalu memperjuangkan agar pelayanan kesehatan dapat diakses dengan mudah oleh masyarakat.

“Tidak ada niat dan arah dari pembicaraan kemarin untuk membeda-bedakan masyarakat. Semua orang sama haknya dalam bidang pelayanan kesehatan. Itu adalah amanat konstitusi yang harus dijaga,” ujar Saleh dalam keterangannya, Rabu (14/7).

Ia menjelaskan, konteks pernyataannya dalam Rapat Kerja antara Komisi IX DPR dengan Menkes Budi Gunadi Sadikin pada Selasa (13/7), ialah mengingatkan pemerintah agar mengantisipasi potensi lonjakan kasus Covid-19 dalam beberapa hari ke depan dengan menyiapkan fasilitas kesehatan yang memadai, termasuk menambah jumlah tempat tidur dan ruang ICU.

“Konteks saya pada waktu itu bagaimana agar pemerintah bisa mengantisipasi lonjakan orang terpapar covid-19 pada minggu-minggu berikut yaitu dengan menyiapkan seluruh faskes yang memadai, termasuk penambahan jumlah tempat tidur dan ICU,” ucapnya.

Saleh berkata, dirinya sebenarnya menjelaskan terkait kondisi dua orang keluarganya yang meninggal karena tidak mendapatkan pelayanan kesehatan yang memadai setelah positif terinfeksi covid-19 dalam Rapat Kerja dengan Menkes pada Selasa (13/7).
Dalam rapat tersebut, ia juga mengaku bercerita soal situasi serupa yang dialami oleh koleganya sebagai anggota DPR dari Fraksi PAN, John Siffy Mirin beberapa waktu lalu.

“Keluarga saya ada yang terkena Covid-19 di Bekasi dan Bengkulu. Yang di Bekasi justru sudah dicari ICU tidak dapat dan itu meninggal dunia. Begitu juga yang dialami John Siffy Mirin itu meninggal karena terlambat masuk ICU. Setelah dua jam masuk ICU, sudah terlambat, tidak bisa tertolong,” katanya.

Berangkat dari itu, Saleh meluruskan bahwa pernyataan yang ia sampaikan tidak bermaksud untuk melebih-lebihkan para pejabat atau anggota DPR. Menurutnya, pernyataan yang ia sampaikan bertujuan untuk mengingatkan pemerintah agar menyiapkan fasilitas kesehatan yang mumpuni untuk merawat seluruh pasien covid-19, tanpa terkecuali dan tanpa membedakan kelas sosial.
Saleh pun mengaku, upayanya memastikan langkah tersebut dilakukan pemerintah ialah dengan mengikuti Rapat Kerja Komisi IX DPR dengan Menkes sampai akhir guna memastikan usulannya masuk dalam kesimpulan akhir.

“Saya mengikuti rapat tersebut sampai selesai. Saya ikut memastikan agar usulan soal penyediaan fasilitas kesehatan, alat-alat kesehatan, terutama ICU dan obat-obatan, dll masuk dalam kesimpulan. Itu ada di dalam kesimpulan nomor 4 huruf (a),” ucap Saleh.

Sebelumnya diberitakan, Saleh mengatakan tidak ingin mendengar ada lagi anggota dewan yang tidak mendapat perawatan ICU ketika terpapar Covid-19. Sehingga kutipan tersebut menjadi interpretasi negatif di kalangan netizen sehingga ramai dibicarakan.

“Saya tidak mau lagi misalnya mendengar anggota DPR yang tidak dapat tempat ICU, seperti yang dialami anggota fraksi PAN, saudaraku John Siffy Mirin, tidak mendapat ICU,” kata Saleh dalam Rapat Kerja Komisi IX bersama Menkes yang dipantau secara daring, Selasa (13/7).

Saleh menduga John meninggal dunia karena telat dibawa ke ICU karena rumah sakit penuh menangani pasien Covid-19. Dia yang juga Ketua Fraksi PAN di DPR RI itu mengungkap John meninggal tiga jam setelah dirawat di ICU RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta.

Menurutnya, insiden inilah yang kemudian mendorong Wakil Sekretaris Jenderal PAN Rosaline Irene Rumaseuw menyampaikan keinginan agar dibangun rumah sakit Covid-19 khusus untuk kalangan pejabat negara.

“Itu sebenarnya karena emosional, bukan karena dari hati. Karena dia (Rosaline) saksikan sendiri betapa susahnya orang bertahan hidup tanpa ada bantuan alat kesehatan yang memadai di tengah serangan covid yang cukup dahsyat,” tambah dia.

editor

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × 5 =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.