Fraksi PAN Dukung Penambahan Komisi di DPR RI untuk Tingkatkan Pengawasan
Farah Dukung Penghapusan Tes Keperawanan dalam Pemeriksaan Kesehatan Calon Prajurit Wanita
Fraksipan.com – Anggota Komisi I DPR RI Fraksi PAN Farah Puteri Nahlia mendukung keputusan KSAD Jenderal Andika Perkasa menghapus tes keperawanan dalam proses pemeriksaan kesehatan calon prajurit wanita.
“Tes keperawanan merupakan budaya patriarki yang harus ditinggalkan. Masyarakat perlu memahami jika selaput dara bisa sobek bukan dari hubungan badan saja. Perempuan yang jatuh atau kecelakaan bisa menyebabkan selaput dara perempuan sobek. Mengapa penanganannya harus disamaratakan? Janganlah lihat perempuan dari indikator keperawanannya saja,” kata Farah, Rabu (11/8/2021).
Tes keperawanan menurut Farah jelas merupakan sebuah tindakan diskriminatif bagi wanita. Tes keperawanan semacam ini, menurut Farah merupakan wujud kontrol atas seksualitas wanita dari perspektif pro-patriarki.
“Dengan adanya keinginan mengontrol seksualitas tersebut artinya ada hak-hak perempuan yang direbut. Padahal hal ini telah diratifikasi Indonesia dalam pasal 7 Konvensi Internasional tentang Hak Sipil dan Politik serta pasal 16 Konvensi yang Menentang Penyiksaan,” ujarnya.
Menurut Farah, tes Keperawanan jelas menghalangi kesetaraan perempuan dan laki-laki dalam kesempatan mendapatkan pekerjaan dan tidak ada korelasinya dengan profesionalitas prajurit. Jika kehormatan perempuan hanya dinilai dari aspek keperawanannya, kata Farah, maka akan ada banyak perempuan yang kehilangan hak konstitusionalnya untuk bisa bekerja, mendapatkan akses pendidikan, dan mengabdi di institusi tertentu.
“Adapun dalam tes masuk TNI, ada tes kesehatan reproduksi (tidak termasuk tes keperawanan) bagi perempuan & laki-laki saya tetap setuju. Karena tes kesehatan reproduksi bertujuan untuk mengantisipasi jika ada calon prajurit yang mungkin mengidap penyakit tertentu (misalkan tumor) atau kelainan kesehatan reproduksi,” ucap Farah.
“Sehingga dapat segera dirujuk & mendapatkan penanganan dini, karena bisa saja yang bersangkutan tidak mengetahui kondisi kesehatannya dimana hal ini bisa mengganggu kegiatan fisik yang cukup berat seperti menjalani pendidikan dasar kemiliteran,” sambungnya.
Farah berharap seluruh pihak dapat saling menghargai sesama atas kualitas substantif seseorang tanpa melihat gender. Tidak ada halangan bagi wanita untuk bisa meraih mimpinya.
“Untuk itu berikan ruang kesempatan yang sama dengan laki-laki agar perempuan bisa berdaya diatas kakinya sendiri. Secara historis, kami kaum perempuan mampu memberikan yang terbaik bagi bangsa. Jadi biarkan kami ikut serta dalam perubahan untuk jadi sejarah selanjutnya,” imbuhnya.