Fenomena Joki Guru Besar, Zainuddin Maliki: Itu Seperti Praktik Kapitalis Semu

 Fenomena Joki Guru Besar, Zainuddin Maliki: Itu Seperti Praktik Kapitalis Semu

Prof. Zainuddin Maliki Anggota DPR RI Fraksi PAN

Fraksipan.com – Anggota Komisi X DPR RI Prof. Zainuddin Maliki mengaku prihatin terhadap praktik perjokian di dunia akademik terkait pembuatan karya ilmiah sebagai syarat memperoleh gelar guru besar. Baik yang terjadi perguruan tinggi negeri maupun swasta.

Kasus perjokian itu mengingatkan Zainuddin pada tulisan Kunio Yoshihara tentang Erzatz Capitalism atau kapitalisme semu. Tulisan Kunio Yoshihara ini dituangkan dalam bukunya The Rise of erzats capitalism in Southeast Asia. Munculnya kapitalisme semu di Asia Tenggara.

Menurut Prof. Zainuddin, yang dimaksud kapitalisme semu adalah perilaku pelaku bisnis yang menumpuk-numpuk kekayaan bukan didasarkan kepada budaya achievement dan moralitas entrepreneurship yang kuat, melainkan didasarkan kepada jaringan kroni yang dia bangun dengan kalangan birokrat. “Oleh karena itu di Indonesia kita mengenal istilah Kabir atau kapitalisme birokrat,” terangnya.

Politisi PAN itu mengatakan, perjokian yang dilakukan sejumlah akademisi dalam pembuatan karya ilmiah adalah mirip. Untuk tidak mengatakan persis dengan apa yang dilakukan oleh para kapitalis semu itu.

“Mereka berusaha mengejar gelar akademis dengan cara-cara permisif, bukan didasarkan kepada moralitas intelektual dan budaya akademik yang kuat,” terang legislator asal Dapil Jatim X itu.

Menurut dia, dari akademisi yang bermoralitas permisif seperti ini hanya akan melahirkan manusia-manusia atau sarjana-sarjana yang bukan hanya diragukan kompetensinya, tetapi juga integritasnya.

Zainuddin mengatakan, praktik perjokian itu hanya akan melahirkan sarjana dan guru-guru besar seolah-olah atau seolah-olah sarjana dan atau guru besar.

“Negeri ini membutuhkan sarjana-sarjana yang autentik dengan kompetensi dan integritas yang bisa dipertanggungjawabkan,” paparnya.

Mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Surabaya itu berharap, perguruan tinggi segera menyadari praktik-praktik permisif ini dan menghentikan, sehingga perguruan tinggi bisa menyiapkan manusia-manusia yang terdidik dan bermental kuat.

“Percayalah bahwa negeri ini akan maju dan berada di halaman depan dalam pergeseran kekuatan Global dari Barat ke Asia, apabila negara ini dipimpin oleh manusia-manusia yang terdidik dan bermental kuat,” tegasnya. (*)

editor

Artikel terkait

1 Comment

  • Setuju, semoga penduduk Indonesia terbuka matanya dan bisa memilih mana yang baik dan mana yang buruk untuk masa depan kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

19 − thirteen =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.