Legislator PAN soal Sumbar Berbeda: Ada Pesan Yang Tersirat Dari  Kegelisahan Megawati Sebagai Perempuan Keturunan Minangkabau

 Legislator PAN soal Sumbar Berbeda: Ada Pesan Yang Tersirat Dari  Kegelisahan Megawati Sebagai Perempuan Keturunan Minangkabau

Guspardi Gaus – Anggota DPR RI Fraksi PAN

Fraksipan.com – Politikus Partai Amanat Nasional (PAN) asal Sumbar, Guspardi Gaus menilai pernyataan Megawati soal Sumbar yang dikatakan sudah berbeda merupakan bentuk kepedulian seorang putri daerah.

Menurutnya, apa yang disampaikan Bu Mega bisa menjadi catatan penting bagi pemerintah daerah dan tokoh-tokoh Sumatera Barat baik yang ada di rantau ataupun di ranah.

“Ini sesuatu yang menggelitik kita. Dan ada pesan yang tersirat dari pernyataan Megawati tersebut,” ujar Guspardi kepada wartawan, Jumat (13/8).

“Jadi boleh-boleh saja, tidak ada masalah, itu merupakan autokritik dari Bu Mega sebagai seorang perempuan berdarah Minang. Kegelisahan, kegalauan serta keprihatinan beliau menyampaikan dalam rangka memperingati hari lahir dan mengenang salah satu tokoh bangsa Bung Hatta yang berasal dari Minang. Pernyataan Bu Mega harus di maknai dengan positif,” ujar anggota komisi II DPR RI ini.

Sebagai wakil rakyat yang berasal dari Sumatera Barat, Guspardi melihat ada pesan yang tersirat dibalik pernyataan Bu Mega. Semacam kerinduan beliau (Megawati)
menginginkan agar ke depan tokoh tokoh dari Minang tetap tampil dan berperan lebih menonjol dipentas nasional. Sebagaimana yang telah di perankan oleh para tokoh pejuang bersama ulama yang berasal dari Sumatera Barat sebelumnya dalam memperjuangkan dan mengisi kemerdekaan Indonesia.

Guspardi menambahkan bahwa ibu Megawati Itu adalah orang Minangkabau jadi banyak orang yang tidak memahaminya. Ibundanya Megawati adalah Fatmawati seorang bangsawan yang berasal dari Pesisir Selatan, Sumbar. Diketahui sistem kekeluargaan di Minangkabau adalah matrilineal. Secara kultural dalam budaya Minang menganut garis keturunan menurut ibu dan bukan menurut garis keturunan bapaknya (Patrilinial). Jadi anak dari Ibu Mega itu berhak mendapatkan pusako tinggi seperti gelar dan jabatan Datuak sebagai penghulu yang merupakan posisi terhormat dalam struktur adat masyarakat Minangkabau dan bukan gelar pemberian atau penghargaan. Begitu juga dengan anaknya Bu Puan Maharani pun berhak mendapatkan hak yang sama.

Untuk itu, ia menilai kritikan yang disampaikan oleh Megawati adalah kepedulian sebagai putri keturunan Minangkabau. Dia menekankan bahwa kritikan Ketum PDIP itu harus dijawab dengan kerja nyata. Ini adalah sebuah realitas. Tentu harus disikapi dengan arif dan lapang dada untuk dijadikan sebagai pelecut semangat bagaimana kita melakukan lompatan dan lebih kencang lagi larinya, pungkas anggota Baleg DPR RI tersebut.

Sebelumnya, Mega menyebut Sumbar telah berbeda dari yang ia kenal. Mega pernah mempertanyakan kegelisahannya ini kepada Ahmad Syafii Maarif, tokoh Muhammadiyah sekaligus anggota Dewan Pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) kelahiran Sumatera Barat.

Di BPIP saya sebagai Ketua Dewan Pengarah, itu ada Buya Syafii, saya suka bertanya sama beliau, mengapa Sumatera Barat yang dulu pernah saya kenal sepertinya sekarang sudah mulai berbeda?” kata Mega dalam Webinar Bung Hatta Inspirasi Kemandirian Bangsa di kanal Youtube Badan Kebudayaan Nasional Pusat (BKNP) PDIP, Kamis (12/8).

Mega mengatakan pada masa sebelum dan sesudah kemerdekaan, Sumbar melahirkan banyak tokoh nasional. Namun kini, menurutnya, tokoh-tokoh Sumatera Barat tidak sepopuler dulu.

“Dulu saya tahunya tokoh dari Sumatera Barat, kenapa menurut saya (sekarang) tidak sepopuler dulu atau memang tidak ada produknya?” kata Mega.

“Padahal Sumatera Barat ketika sebelum kemerdekaan sampai setelah merdeka sampai selesai juga Bung Karno [sebagai presiden] itu kan tokoh-tokohnya luar biasa, ya,” tambahnya.

editor

Artikel terkait

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

fifteen + ten =

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.